Pengertian Ontologi Dakwah

Tentu kita tidak asing dengan kata dakwah, apa lagi kita sebagai umat musim tentunya sengat sering sekali mendengarkan kata-kata tersebut. Banyak sekali kajian-kajian ilmu dakwah yang perlu kita pelajari tentunya, apa lagi kalau kita menjadi mahasiswa fakultas dakwah seperti halnya yang di pelajari : psikologi dakwah, pengantar ilmu dakwah, filsafat dakwah dan lain sebagainya.
Tidak sedikit definisi atau pengertian dakwah yang sudah di jelaskan oleh para ahli, sebelum lebih jauh kita mempelajari dakwah dari analisa praktis-ontologis, kita ketahui dulu arti ontologi dari para ahli :
·         Van Peursen (1991) menyamakan antara meta fisika dan ontologi.
·         Abu Bakar A. Bagader (1985) sesuatu yang konsen terhadap usaha-usaha menegakkan islamisasi ilmu-ilmu social mengatakan bahwa; Ontologi itu membicarakan mengenai teori-teori yang ada.
·         Hasan Huwaidi (1983), mengatakan “Ontologi itu adalah sifat wujud”.
·         S. Suriasumantri (1996), Ontologi membicarakan hakekat terdalam dari segala sesuatu.
·         Louis O. Kattsoft (1995) Ontologi adalah segala sesuatu yang membicarakan tentang hakekat yang ada dan tentang hakekat kenyataan.
·         Descartes (1569-1650) berbicara mengenai “yang ada”, tanpa menunjuk barang atau benda yang konkrit,  sama dengan membicarakan yang tiada.
Dari keterangan ontologi di atas, bahwa dakwah adalah sebuah permasalahan yang jelas dan ada di tengah-tengah masyarakat dalam bentuk penyampaian ama’ ma’ruf nahi munkar dari da’i kepada mad’u , melalui media dan menggunakan banyak metode. Oleh karenanya wajar untuk menyelidiki kenyataan dakwah menurut dasarnya yang paling mendalam, paling luas dan paling padat sebagai kajian ontologi dakwah.
Para filusuf terdahulu sudah membicarakan masalah filsafat, hanya saja perhtan mereka hanya tertuju pada persoalan fisik atau dunia pengamatan sering berubah dan tidak stabil, oleh karenanya filsafat fisik itu tidak pernah mencapai dasar yang mendalam dan memuaskan, sehingga masih di perlukan filsafat yang derajatnya lebih tinggi dalam filsafat manusia.
Dalam sejarah dikatakan bahwa Aries Toteles dan Plato pernah mencari hakekat kenyataan yang terdalam dalam mengatasi dunia fisik yang empiris dan yang membelakangi dunia fisik sehingga dunia fisik ini di mungkinkan.
Dalam pemikiran Plato, bahwa hanya dunia yang bukan fisik itulah yang mempunyai kenyataan yang sungguh-sungguh, sedangkan dunia fisik adalah dunia yang terbayang berdasarkan ide-ide. Dari penertian ini, bahwa yang disebut dakwah dalam pemikiran Plato adalah ide-ide tentang dakwah, atau konsep-konsep tentang dakwah. Sedangkan reealitas yang beragam, seperti aktifitas ceramah agama, tahlilan, yasinan. Istighosahan dan sebagainya di anggap oleh Plato sebagai dunia bayangan atau dunia tiruan dari dunia konseptual mengenai dakwah mengenai dakwah. Sedangkan AriesToteles beranggapan berbeda dengan Plato yang notabene nya adalah guru dan sahabat, bahwa dunia ide-ide maupun dunia fisik sama-sama memiliki kenyataan yang sungguh-sungguh.

Related Posts
Previous
« Prev Post